Pendidikan MAHAL, Ternyata sekolah yang baik itu bukan untuk orang miskin




LES PRIVAT, GURU KE RUMAH YELLOW MAKARA - Hari-hari belakangan ini merupakan hari2 sibuk bagi orang tua yang memiliki putra-putri yang akan melanjutkan pendidikan mereka ke jenjang yang lebih tinggi. Ada yang masuk SD, ada yang masuk SMP ada yang masuk SMA. Suatu pemandangan positif yang enak dilihat sebenarnya dibandingkan kemelut kelangkaan BBM.
Namun, di antara aktifitas positif tersebut tersiar kabar bahwa banyak masyarakat kita, anak didik kita dan putra-putri kita yang harus mengurungkan niatnya untuk melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi. Ada apa? Ternyata masalah klasik muncul lagi. Masyarakat yang miskin tak sanggup memenuhi persyaratan untuk menyekolahkan anaknya ke sekolah bagus, karena sekolah tersebut menerapkan “harga” untuk pendidikan yang diselenggarakannya melalui pintu masuk PSB. Mulai dari uang pendaftaran, uang baju olahraga, uang pembangunan dan lainnya. Nilainya? Ada yang mulai dari puluh ribu, ratus ribu dan malah jutaan. Di mana itu terjadi? Di sekolah2 negara, yang penyelenggarannya dibantu negara. Kalau dulu lebih murah masuk sekolah negeri ketimbang swasta, sekarang itu sudah terbalik, lebih murah swasta dibandingkan sekolah negeri. Padahal mereka sudah sangat ringan dalam managemen pendanaan karena gaji pegawainya ditanggung negara. Tapi…………
Apa artinya semua ini? Untuk masyarakat menengah ke atas mungkin bukan jadi soal, tapi untuk warga miskin itu masalah besar. Untuk mencukupi kebutuhan dasar saja mereka susah, konon lagi mengeluarkan dana segitu besar untuk menyekolahkan anak. Seorang tukang cuci jelas akan kesulitan memenuhi persyaratan tersebut, bukan hanya itu, yang orang tuanya penairk becak, yang kerjanaya buruh tani, yang kerjanya jualan cendol di kaki lima, yang kerjanya jualan tape naik sepeda, yang kerjanya cari botot? Apakah apabila anak mereka berprestasi dan layak secara akademik, kemudian haknya bisa hilang untuk mendapatkan pendidikan hanya karena ga ada duit? Wahai pemimpin kami, perhatikan orang2 ini. Janganlah kau tutup mata dan lupa, atau pura2 tidak tahu hal2 menyimpang ini berlaku di sekelilingmu. Turun tanganlah, kembalikan hak mereka, buat kebijakan karena pada dirimu dipercayakan sedikit amanah Tuhan untuk membela rakyatmu.
Masyarakat kita seperti tidak perduli dan menganggap ini masalah wajar. Malah lebih bahayanya muncul sikap menafikan hak-hak orang miskin untuk mendaptkan haknya dalam pendidikan di negara Pancasila ini. Ikut dalam negara yang ber-Pancasila dan menganut atuan main UUD 1945 ternyata tak menjamin ada kesamaan hak dalam pendidikan. Akan kah ini dibiarkan? Kembali kepada hati kita masing2.