Mesti langkah sederhana, ternyata baru 23 persen orang Indonesia yang mempraktikkan cuci tangan pakai sabun. Padahal, efeknya sangat besar terutama menurunkan angka kematian bayi dan balita.
Banyak anak yang tidak mencuci tangan dengan benar atau bahkan tidak melakukannya sama sekali. Padahal kuman dapat menyebar dengan cepat pada anak-anak, yang memicu banyak penyakit.
Membiasakan hidup bersih sebaiknya sudah diajarkan sejak masih anak-anak. Berikut ini adalah 6 kebiasaan hidup bersih yang harus diajarkan orangtua pada si kecil.
Beberapa pihak mengingatkan risiko penularan virus saat sungkem di hari Lebaran, apalagi cium tangan di hidung. Informasi ini dinilai berlebihan dan malah memicu stres.
Cairan pembersih tangan berbasis alkohol tetap tidak bisa menggantikan cuci tangan dengan sabun. Penelitian membuktikan, hand sanitizer justru meningkatkan risiko infeksi virus pemicu radang saluran pencernaan.
Karena takut kena penyakit, beberapa orang mungkin merasa canggung bersalaman. Demi sopan santun, perasaan itu harus dihilangkan apalagi menurut penelitian risiko penularan bakteri saat jabat tangan sangat kecil.
Kebanyakan orang menutup hidung dan mulut dengan tangan saat bersin agar kuman tidak menyebar. Seharusnya menggunakan tisu atau saputangan, atau jika tidak tersedia maka lebih baik diarahkan ke lengan baju.
Banyak yang percaya segala hal yang terkena bakteri dapat menyebabkan penyakit. Padahal tidak semua bakteri dalam dapat menimbulkan penyakit. Tapi yang terjadi orang terlalu parno dengan bakteri.
Untuk urusan buang air kecil, pria memang jorok. Selain tidak pernah cebok atau membersihkan alat kelamin, pria yang tidak pernah cuci tangan setelah buang air kecil jumlahnya lebih banyak dari wanita.
Sabun dan cairan antiseptik merupakan 2 bahan yang paling sering digunakan untuk cuci tangan. Masing-masing punya kelebihan dan kekurangan dalam mengusir kuman, sehingga dalam kondisi tertentu keduanya bisa saling melengkapi.